PENYEMPURNAAN TAHAN API
PADA KAIN POLIESTER, POLIESTER KAPAS (T/C) DAN POLIESTER RAYON (T/R) DENGAN
VARIASI KONSENTRASI ZAT ANTI API (DAP/ NICCA) SERTA PENGUKURAN KETAHANAN KAIN
TERHADAP NYALA API DENGAN METODE PENGUJIAN CARA VERTIKAL
Lestari Nadia, Kimia Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam industri yang kemungkinan
pakaian terkena percikan api tinggi, diperlukan pakaian pelindung yang tahan
api (flame resistance), yaitu sifat tidak meneruskan nyala api atau jika api
yang membakar diambil, nyala api segera padam.
Dalam rumah tangga pakaian yang
cepat mrneruskan nyala api akan menimbulkan kecelakaan, terutama untuk pakaian
anak kecil. Pengujian sifat nyala api dan tahan api diperlukan untuk
memperkirakan kemungkinan bahaya tersebut.
Faktor yang berpengaruh pada sifat nyala
api atau tahan api adalah jenis serat dan berat kain. Struktur benang dan
struktur kain seperti kain tenun, kain rajut dan sebagainya tidak berpengaruh
pada sifat nyala api dan tahan api.
Sifat
nyala api sebagian ditentukan oleh jenis serat yang digunakan. Serat selulosa
seperti kapas, linen dan rayon mudah meneruskan pembakaran. Kain wol biasanya
sulit menyala; Nylon dan polyester mengerut dari nyala api dan sulit menyala,
tetapi penyempurnaan yang membuat kain kaku memungkinkan nylon dan polyester
mudah menyala.
Pada kain-kain yang meneruskan nyala api, sifat tahan
apinya bergantung pada berat kain dan kandungan seratnya. Untuk kain dengan
serat sama, makin berat kainnya, makin tahan api.
Dalam keadaan nyata, banyak faktor yang berpengaruh pada
sifat tahan api, dan terdapat beberapa cara uji tahan api. Untuk pakaian,
pengujian yang banyak digunakan adalah uji sifat nyala api tekstil pakaian
(cara 45°)
dan uji tahan api (cara vertikal)
Prinsip uji sifat tahan api (cara vertikal) adalah membakar
kain yang dijepit rangka dan diletakkan vertikal selama waktu tertentu. Diukur
waktu dari saat api diambil sampai nyala padam, waktu dari saat nyala padam
sampai bara padam dan panjang sobekan pada contoh uji karena sobekan dengan
gaya tertentu.
Proses pembakaran pada dasarnya terdiri dari proses
pemansan, dekomposisi, penyalaan, dan perambatan. Panas yang timbul akibat
adanya sumber dari luar akan menyebabkan terjadinya proses pembakaran, panas
akan menaikan suhu bahan tekstil sampai terjadi degradasi dan dekomposisi daripada
polyester selulosa.
Proses terjadinya
pembakaran
a.
Nyala (flame)
Menyala
adalah proses pembakaran yang digambarkan sebagai suatu proses terbakarnya gas
yang terurai di permukaan. Penyalaan merupakan proses pembakaran yang terjadi
secara eksotermis yang terdiri dari uap yang mudah terbakar dan terurai di
permukaan bahan tekstil.
b.
Bara (Glow)
Membara
merupakan proses eksotermis yang terjadi di permukaan dan berada pada fase gas
yang hanya berada dalam permukaan. Keadaan ini berlangsung dlam kondisi jumlah
O2 yang melimpah.
c.
Pijar (smolder)
Proses
pemijaran secara umum terjdi di bawah permukaan dan biasanya dalam kondisi
persediaan O2 yang sangat sedikit, proses pemijaran ini terjadi
secara lambat, dan biasanya disertai dengan keluarnya asap, tetapi tanpa disertai
adanya nyala atau bara.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1
Memberikan efek sifat menolak Api (non
flammable) pada bahan poliester,polyester kapas dan polyester rayon.
1.2.2
Mengukur ketahanan api dengan cara
vertical.
1.3 Waktu Pelaksanaan
Tanggal
25 April 2012 : percobaan penyempurnaan tahan api
Tanggal 2 Mei 2012 : Pengujian kain tahan api dengan cara
vertikal.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Poliester
Serat poliester
adalah suatu serat sintetik yang terdiri dari polimer-polimer linier. Serat tersebut
pada umumnya dikenal dengan nama dagang dacron, teteron, terylene. Poliester
dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar