Senin, 25 Juni 2012

Wawancara Ekslusif LMP Viskosa Dengan Hj Netti Prasetiyani Heryawan (istri Gubernur JABAR) Jilbab VS Karir


Wawancara Ekslusif LMP Viskosa Dengan Hj Netti Prasetiyani Heryawan (istri Gubernur JABAR)
Jilbab VS Karir
 Di masa lampau, wanita masih sangat terikat dengan nilai-nilai tradisional yang mengakar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga jika ada wanita yang berkarir untuk mengembangkan keahliannya di luar rumah, maka mereka dianggap telah melanggar tradisi sehingga mereka dikucilkan dari pergaulan masyarakat dan lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan zaman, kaum wanita dewasa ini khususnya mereka yang tinggal di kota-kota besar cenderung untuk berperan ganda bahkan ada yang multi fungsional karena mereka telah mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri sehingga jabatan dan pekerjaan penting di dalam masyarakat tidak lagi dimonopoli oleh kaum laki-laki. Pada masa ini telah banyak wanita muslim berjilbab yang mulai meniti karir di berbagai lini. LPM Viskosa telah melakukan wawancara ekslusif dengan HJ Netti selaku istri dari gubernur Jawa Barat yang berperan pula dalam organisasi wanita kepemerintahan yang kiprahnya sangat banyak dan berpengaruh. Berikut isi wawancara :
T : Dalam dunia kerja ada beberapa perusahaan yang menerima pegawai itu dengan persyaratan tidak menggunakan kerudung. Bagaimana kebijakan pemerintah mengenai permasalahan itu?
J : Jika pemerintah negeri tidak melarang seseorang menggunakan jilbab dalam dunia kerjanya, mungkin yang perlu dilihat adalah perusahaan-perusahaan swasta. Namun pada saat ini penggunaan jilbab dalam dunia karir sudah tidak lagi menjadi masalah, karena tidak ada kaitannya antara pakaian dengan prestasi seseorang. Jjika dikaitkan dengan aturan agama suatu perusahaan tidak boleh melarang seseorang untuk menaati kepercayaannya. Konsekuensinya seorang muslimah harus menunjukkan prestasinya sehingga stigma negative yang dikaitkan bahwa dengan mengunakan jilbab  wanita tidak bisa berprestasi dan berkarya itu menjadi gugur.
T : Sebagai mahasiswa konsentrasi tekstil, suatu masa akan berkecimpung di dunia pabrik, sedangkan di pabrik tersendiri ada peraturan bahwa jilbab itu harus pendek, sedangkan saat ini banyak wanita muslimah yang berprinsip dengan menggunakan jilbab panjang sehingga dengan adanya peraturan ini menghambat gerak wanita muslimah tersebut. Bagaimana ibu menanggapi hal ini?
J: Kebijakan berbusana di dalam suatu instansi tidak boleh ada diskriminasi terutama dalam hak menunaikan kewajiban beragama. Peraturan tersebut harus di tinjau kembali, namun jika alasan perusahaan demi keselamatan ditakutkan jilbabnya tergulung oleh mesin dll, maka perusahaan harus mencari alternative dan membuat kesepakatan, misalnya dengan menyiapkan jas lab/ coat sehingga dapat safety dan tidak melanggar hak seseorang.
T: Bandung memiliki perkembangan fashion muslim yang sangat pesat, apakah ada langkah yang diambil untuk mengembangkan bisnis ini?
J: Di Bandung memang tidak dapat dipungkiri sebagai muslim fashion tren center, sekitar 18,9% perkembangan fashion muslim nya sangat pesat. Untuk mengembangkan sebagai fashion tren center maka harus ada yang di tinjau dimana harus adanya ketersediaan bahan, perkembangan yang dinamis, kreatifitas dan kemampuan desain.
T : Mengenai kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang muslim fashion tren center di Bandung, saya kira ST3 yang menghasilkan lulusan yang dapat menjawab tantangan tersebut, adakah keinginan untuk bekerjasama dengan ST3?
J : Adanya kerjasama sangat memungkinkan, jika ada kaitan dengan structural saya bisa menjembatani seperti di bidang industry kreatif dan instnsi industry dan perdagangan.
T : Hal apa saja yang harus dilakukan oleh seorang muslimah yang ingin terjun di dunia karir namun dia tidak ingin lepas dari tanggung jawabnya?
J : Ada 5 hal yang harus di perhatikan dari internal problem, yaitu
1.      Konsep diri, konsep diri seorang wanita harus utuh dan dia memahami diri sendirinya sehingga faham akan peran dan kontribusinya’
2.      Harus memiliki intelektualitas yang baik, bukan hanya intelektual dalam study tapi intelektualitas dalam mencari solusi ketika menghadapi masalah.
3.      Harus memiliki manajerial yang baik, apakah manajerial waktu, diri ataupun masalah.
4.      Supporting system, harus memiliki komunikasi yang baik apakah dengan suami/ keluarga
5.      Skala prioritas, seorang wanita muslim harus mampu membuat suatu skala prioritas karena kadang kala yang prioritas itu berbeda dengan yang urgent.
Demikian lah wawancara yang telah dilakukan oleh LPM Viskosa dengan ibu Hj Netti mengenai kiprah dan tantangan wanita muslimah yang berjilbab dalam dunia karir. Sejatinya pakaian seseorang tidak mempengaruhi prestasi dan kreatifitas seseorang. Sehingga tidak ada lagi alas an seorang muslimah berjilbab yang tidak bias berkarir selama ia tidak melupakan kewajibannya terhadap agama ataupun keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar