Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00, bidan kembali melakukan cek dalam namun mentok masih di bukaan 5. Kemudian bidan kembali datang dengan membawa secarik kertas mengenai persetujuan bahwa saya akan dilakukan proses induksi karena sudah 4 jam pembukaan tidak meningkat. Ketika mendengar kata induksi saya langsung merasa lemas, karena setelah baca di beberapa blog pengalaman orang lahiran menggunakan induksi itu rasanya sakit banget karena dipaksa rahim kontraksi sehingga bukaan rerus meningkat. Walaupun takut akhirnya saya menyetujui nya dan sebelumnya bidan bilang bahwa tidak 100% induksi ini bisa berhasil dan di indukai maksimal 2 labu karena pada saat itu induksi melalui infus. Jika induksi gagal maka mau tidak mau harus di cesar.
Selang infus mulai di pasang pada tangan kiri saya, tetesan infus masih lambat. Kontraksi intervalnya masih sekitar 3 menit sekali, namun saya mulai merasakan rasa nikmatnya kontraksi sehingga saya bertanya pada saudara kapan kontraksi akan berhenti karena sakit dan di jawab dengan enteng proses kontraksi berakhir kalau baby G udah brojol..hehe ya iyalah kenapa juga saya nanyain. Ketika di cek bukan dalam bidan bilang bukaan sudah naik menjadi 6. Karena reaksi induksi terhadap tubuh saya cepat sehingga saya mulai dipindahkan dari ruang inap ke ruang persalinan.
Ketika di ruang persalinan efek induksi semakin terlihat, kontraksi mulai sering dan rasa mulesnya semakin aduhai. Rasa ingin mengejan mulai timbul dan susah terbendung, dari awal bidan sudah mewanti-wanti kalau saya jangan mengejan karena sekuat apapun mengejan kalau bukan waktunya bayi tidak akan lahir hanya akan membuat badan lemas dan ketika akhirnya harus melahirkan sudah tidak ada lagi tenaga. Efek induksi teryata berpengaruh pada lambung saya, saya memiliki riwayat sakit maag dan sebelumnya disuruh minum air teh manis terus membuat asam lambung meningkat dan akhirnya saya muntah-muntah. Beberapa kali saya harus ganti baju karena terkena muntah cair dan saya merasa bersalah merepotkan bidan yang harus beberapa kali mengepel lantai.
Kontraksi makin meningkat hingga pukul 22.15 Kadang saya curi-curi kesempatan untuk mengejan karena memang rasa ingin mengejan itu sangat kuat walaupun sudah di tahan. Rasa ingin mengejan ini timbul akibat kepala janin mulai turun masuk ke panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan. Akhirnya dokter datang pada pukul 22.20 dan melihat laporan observasi dari bidan, saya sudah lemas dan ingin menangis karena terus muntah. Lama-lama saya merasa seperti ada cairan mengalir dari jalan lahir, Dokter langsung cek dalam ternyata bukaan sudah 9.5, melihat kondisi yang terus muntah dokter takut saya sampai dehidrasi serta sudah ada rembesan air ketuban akhirnya dokter memerintahkan bidan untuk segera melakukan persiapan proses persalinan.
Bidan dan dokter menginteruksikan saya untuk mengejan kalau kontraksi itu sudah datang, namun karena sudah tidak tahan saya terus saja mengejan dan di tegur dokter kasihan bayi kepalanya takut terjepit kalau sebentar-sebentar mengejan dan takut susah nafas bayinya maklum saya belum berpengalaman. Semakin kesini kontraksi semakin hebat akhirnya dokter memerintahkan saya untuk mengejan dan bidan naik ke ranjang tempat saya tidur. Dokter menggunting area perineum saya untuk memudahkan kepala bayi keluar, sebenarnya daerah perineum sangat elastis namun agar perobekan paksa akibat tekanan bayi tidak semakin melebar akhirnya pengguntingan dilakukan. Dengan doa dan keinginan yang kuat untuk segera bertemu dengan babyG akhirnya saya mengejan kuat sambil perut di dorong oleh bidan akhirnya byurrr ketuban pecah kemudian kepala bayi keluar membuka pintu dan berturut turut lahirlah ubun ubun besar, dahi, hidung dan muka kemudian kepala seluruhnya. Setelah terjadi putaran paksi luar yaitu penyesuaian kepala pada punggung maka lahirlah seluruh badan bayi diikuti sisa air ketuban. Terdengarlah suara tangisan bayi,, alhamdulillah bayi saya lahir dengan sempurna tidak ada kekurangan sedikitpun pada hari kamis tanggal 26 mei 2016 pukul 23.06 dengan bbj 2.5kg dan tinggi 47cm. Saya dan suami meberikan nama Muhammad Ghifari Ibadurrahman. Setah lahir langsung di adzankan oleh bapak saya karena suami masih di perjalanan.
Ketika lahir suara tangisan Ghifar merintih maka dokter memutuskan ghifar langsung di masukan ke inkubator dan diberi oksigen. Karena hal itulah sayang sekali proses inisiasi menyusui dini akhirnya tidak dilaksanakan. Setelah proses melahirkan bayi ternyata saya harus menunggu kontraksi lagi untuk mengeluarkan plasenta. Proses melahirkan plasenta berlangsung atara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira kira 100-200 cc. Adanya kontraksi rahim membuat saya kembali mengejan dan plasenta terlepas . Setelah itu dokter membersihkan sisa darah yang keluar dari jalur lahir.
Saya fikir perjuangan sudah sampai disana namun ternyata tidak saudara2. Setelah plasenta keluar ternyata masih ada pendarahan sehingga dokter memastikan darah semua keluar dengan memasukan alat ke rahim saya dan menggerakannya seperti di obok-obok rahim saya, kemudian dokter memasukan kasa bola sebesar kepalan tangan yang berisi betadine ke dalam rahim saya tujuannya agar pendarahan segera berhenti. Setelah beres ternyata saya harus menghadapi kenyataan bahwa area perineum yang sebelumnya di gunting harus dijahit. Rasa nikmatnya dijahit itu aduhai sekali, saya itu paling takut harus di suntik kena jarum karena terbayang sakit. Ini di jahit beberapa kali dan lama sekali membuat rasa sakitnya ulala banget, apalagi tarikan benang jahitnya serasa seseresetan hmm mantap. Saya terus bertanya sama dokter sampai kapan beres di jahit karena sakit dokter bilang sobekny lebar jadi harus di jahit banyak dan saking banyaknya dokter lupa berapa jahitan yang diberikan pada saya ya ampun.
Setelah semua selesai saya masih harus menunggu di ruang bersalin untuk di observasi selama 2 jam. Alhamdulillah kondisi badan saya baik baik saja sehingga saya diperbolehkan pindah ke ruang inap untuk istirahat bersama ghifar. Sehabis melahirkan sampe pagi saya tidak bisa tidur karena dari pinggang sampai ujung kako rasanya pegal sekali seperti habis di gebukin 1 RW, bayangkan saja berapa banyak urat yang putus akibat proses melahirkan. Ketika suami akhirnya datang alhamdulillah lengkap sudah kebahagiaan kami. Perjuangan selama hamil dan melahirkan terbalas dengan lahirnya bayi mungil kami. Mudah-mudahan kami bisa menjadi orang tua yang amanah, anak kami dapat menjadi anak yang soleh, berbakti kepada kedua orang tua dan selalu di berkahi Allah amin.
Selang infus mulai di pasang pada tangan kiri saya, tetesan infus masih lambat. Kontraksi intervalnya masih sekitar 3 menit sekali, namun saya mulai merasakan rasa nikmatnya kontraksi sehingga saya bertanya pada saudara kapan kontraksi akan berhenti karena sakit dan di jawab dengan enteng proses kontraksi berakhir kalau baby G udah brojol..hehe ya iyalah kenapa juga saya nanyain. Ketika di cek bukan dalam bidan bilang bukaan sudah naik menjadi 6. Karena reaksi induksi terhadap tubuh saya cepat sehingga saya mulai dipindahkan dari ruang inap ke ruang persalinan.
Ketika di ruang persalinan efek induksi semakin terlihat, kontraksi mulai sering dan rasa mulesnya semakin aduhai. Rasa ingin mengejan mulai timbul dan susah terbendung, dari awal bidan sudah mewanti-wanti kalau saya jangan mengejan karena sekuat apapun mengejan kalau bukan waktunya bayi tidak akan lahir hanya akan membuat badan lemas dan ketika akhirnya harus melahirkan sudah tidak ada lagi tenaga. Efek induksi teryata berpengaruh pada lambung saya, saya memiliki riwayat sakit maag dan sebelumnya disuruh minum air teh manis terus membuat asam lambung meningkat dan akhirnya saya muntah-muntah. Beberapa kali saya harus ganti baju karena terkena muntah cair dan saya merasa bersalah merepotkan bidan yang harus beberapa kali mengepel lantai.
Kontraksi makin meningkat hingga pukul 22.15 Kadang saya curi-curi kesempatan untuk mengejan karena memang rasa ingin mengejan itu sangat kuat walaupun sudah di tahan. Rasa ingin mengejan ini timbul akibat kepala janin mulai turun masuk ke panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan. Akhirnya dokter datang pada pukul 22.20 dan melihat laporan observasi dari bidan, saya sudah lemas dan ingin menangis karena terus muntah. Lama-lama saya merasa seperti ada cairan mengalir dari jalan lahir, Dokter langsung cek dalam ternyata bukaan sudah 9.5, melihat kondisi yang terus muntah dokter takut saya sampai dehidrasi serta sudah ada rembesan air ketuban akhirnya dokter memerintahkan bidan untuk segera melakukan persiapan proses persalinan.
Bidan dan dokter menginteruksikan saya untuk mengejan kalau kontraksi itu sudah datang, namun karena sudah tidak tahan saya terus saja mengejan dan di tegur dokter kasihan bayi kepalanya takut terjepit kalau sebentar-sebentar mengejan dan takut susah nafas bayinya maklum saya belum berpengalaman. Semakin kesini kontraksi semakin hebat akhirnya dokter memerintahkan saya untuk mengejan dan bidan naik ke ranjang tempat saya tidur. Dokter menggunting area perineum saya untuk memudahkan kepala bayi keluar, sebenarnya daerah perineum sangat elastis namun agar perobekan paksa akibat tekanan bayi tidak semakin melebar akhirnya pengguntingan dilakukan. Dengan doa dan keinginan yang kuat untuk segera bertemu dengan babyG akhirnya saya mengejan kuat sambil perut di dorong oleh bidan akhirnya byurrr ketuban pecah kemudian kepala bayi keluar membuka pintu dan berturut turut lahirlah ubun ubun besar, dahi, hidung dan muka kemudian kepala seluruhnya. Setelah terjadi putaran paksi luar yaitu penyesuaian kepala pada punggung maka lahirlah seluruh badan bayi diikuti sisa air ketuban. Terdengarlah suara tangisan bayi,, alhamdulillah bayi saya lahir dengan sempurna tidak ada kekurangan sedikitpun pada hari kamis tanggal 26 mei 2016 pukul 23.06 dengan bbj 2.5kg dan tinggi 47cm. Saya dan suami meberikan nama Muhammad Ghifari Ibadurrahman. Setah lahir langsung di adzankan oleh bapak saya karena suami masih di perjalanan.
Ketika lahir suara tangisan Ghifar merintih maka dokter memutuskan ghifar langsung di masukan ke inkubator dan diberi oksigen. Karena hal itulah sayang sekali proses inisiasi menyusui dini akhirnya tidak dilaksanakan. Setelah proses melahirkan bayi ternyata saya harus menunggu kontraksi lagi untuk mengeluarkan plasenta. Proses melahirkan plasenta berlangsung atara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira kira 100-200 cc. Adanya kontraksi rahim membuat saya kembali mengejan dan plasenta terlepas . Setelah itu dokter membersihkan sisa darah yang keluar dari jalur lahir.
Saya fikir perjuangan sudah sampai disana namun ternyata tidak saudara2. Setelah plasenta keluar ternyata masih ada pendarahan sehingga dokter memastikan darah semua keluar dengan memasukan alat ke rahim saya dan menggerakannya seperti di obok-obok rahim saya, kemudian dokter memasukan kasa bola sebesar kepalan tangan yang berisi betadine ke dalam rahim saya tujuannya agar pendarahan segera berhenti. Setelah beres ternyata saya harus menghadapi kenyataan bahwa area perineum yang sebelumnya di gunting harus dijahit. Rasa nikmatnya dijahit itu aduhai sekali, saya itu paling takut harus di suntik kena jarum karena terbayang sakit. Ini di jahit beberapa kali dan lama sekali membuat rasa sakitnya ulala banget, apalagi tarikan benang jahitnya serasa seseresetan hmm mantap. Saya terus bertanya sama dokter sampai kapan beres di jahit karena sakit dokter bilang sobekny lebar jadi harus di jahit banyak dan saking banyaknya dokter lupa berapa jahitan yang diberikan pada saya ya ampun.
Setelah semua selesai saya masih harus menunggu di ruang bersalin untuk di observasi selama 2 jam. Alhamdulillah kondisi badan saya baik baik saja sehingga saya diperbolehkan pindah ke ruang inap untuk istirahat bersama ghifar. Sehabis melahirkan sampe pagi saya tidak bisa tidur karena dari pinggang sampai ujung kako rasanya pegal sekali seperti habis di gebukin 1 RW, bayangkan saja berapa banyak urat yang putus akibat proses melahirkan. Ketika suami akhirnya datang alhamdulillah lengkap sudah kebahagiaan kami. Perjuangan selama hamil dan melahirkan terbalas dengan lahirnya bayi mungil kami. Mudah-mudahan kami bisa menjadi orang tua yang amanah, anak kami dapat menjadi anak yang soleh, berbakti kepada kedua orang tua dan selalu di berkahi Allah amin.