Wawancara Ekslusif
LMP Viskosa Dengan Hj Netti Prasetiyani Heryawan (istri Gubernur JABAR)
Jilbab VS Karir
Di masa lampau, wanita masih sangat terikat dengan
nilai-nilai tradisional yang mengakar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga
jika ada wanita yang berkarir untuk mengembangkan keahliannya di luar rumah,
maka mereka dianggap telah melanggar tradisi sehingga mereka dikucilkan dari
pergaulan masyarakat dan lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan zaman, kaum
wanita dewasa ini khususnya mereka yang tinggal di kota-kota besar cenderung
untuk berperan ganda bahkan ada yang multi fungsional karena mereka telah
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri sehingga
jabatan dan pekerjaan penting di dalam masyarakat tidak lagi dimonopoli oleh
kaum laki-laki. Pada masa ini telah banyak wanita muslim berjilbab yang mulai
meniti karir di berbagai lini. LPM Viskosa telah melakukan wawancara ekslusif
dengan HJ Netti selaku istri dari gubernur Jawa Barat yang berperan pula dalam
organisasi wanita kepemerintahan yang kiprahnya sangat banyak dan berpengaruh.
Berikut isi wawancara :
T
: Dalam dunia kerja ada beberapa perusahaan yang menerima pegawai itu dengan
persyaratan tidak menggunakan kerudung. Bagaimana kebijakan pemerintah mengenai
permasalahan itu?
J
: Jika pemerintah negeri tidak melarang seseorang menggunakan jilbab dalam
dunia kerjanya, mungkin yang perlu dilihat adalah perusahaan-perusahaan swasta.
Namun pada saat ini penggunaan jilbab dalam dunia karir sudah tidak lagi
menjadi masalah, karena tidak ada kaitannya antara pakaian dengan prestasi
seseorang. Jjika dikaitkan dengan aturan agama suatu perusahaan tidak boleh
melarang seseorang untuk menaati kepercayaannya. Konsekuensinya seorang
muslimah harus menunjukkan prestasinya sehingga stigma negative yang dikaitkan
bahwa dengan mengunakan jilbab wanita
tidak bisa berprestasi dan berkarya itu menjadi gugur.
T
: Sebagai mahasiswa konsentrasi tekstil, suatu masa akan berkecimpung di dunia
pabrik, sedangkan di pabrik tersendiri ada peraturan bahwa jilbab itu harus
pendek, sedangkan saat ini banyak wanita muslimah yang berprinsip dengan
menggunakan jilbab panjang sehingga dengan adanya peraturan ini menghambat
gerak wanita muslimah tersebut. Bagaimana ibu menanggapi hal ini?
J:
Kebijakan berbusana di dalam suatu instansi tidak boleh ada diskriminasi
terutama dalam hak menunaikan kewajiban beragama. Peraturan tersebut harus di
tinjau kembali, namun jika alasan perusahaan demi keselamatan ditakutkan
jilbabnya tergulung oleh mesin dll, maka perusahaan harus mencari alternative
dan membuat kesepakatan, misalnya dengan menyiapkan jas lab/ coat sehingga
dapat safety dan tidak melanggar hak seseorang.
T:
Bandung memiliki perkembangan fashion muslim yang sangat pesat, apakah ada
langkah yang diambil untuk mengembangkan bisnis ini?
J:
Di Bandung memang tidak dapat dipungkiri sebagai muslim fashion tren center,
sekitar 18,9% perkembangan fashion muslim nya sangat pesat. Untuk mengembangkan
sebagai fashion tren center maka harus ada yang di tinjau dimana harus adanya
ketersediaan bahan, perkembangan yang dinamis, kreatifitas dan kemampuan
desain.
T
: Mengenai kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang muslim fashion
tren center di Bandung, saya kira ST3 yang menghasilkan lulusan yang dapat menjawab
tantangan tersebut, adakah keinginan untuk bekerjasama dengan ST3?
J
: Adanya kerjasama sangat memungkinkan, jika ada kaitan dengan structural saya
bisa menjembatani seperti di bidang industry kreatif dan instnsi industry dan
perdagangan.
T
: Hal apa saja yang harus dilakukan oleh seorang muslimah yang ingin terjun di
dunia karir namun dia tidak ingin lepas dari tanggung jawabnya?
J
: Ada 5 hal yang harus di perhatikan dari internal problem, yaitu
1.
Konsep
diri, konsep diri seorang wanita harus utuh dan dia memahami diri sendirinya
sehingga faham akan peran dan kontribusinya’
2.
Harus
memiliki intelektualitas yang baik, bukan hanya intelektual dalam study tapi
intelektualitas dalam mencari solusi ketika menghadapi masalah.
3.
Harus
memiliki manajerial yang baik, apakah manajerial waktu, diri ataupun masalah.
4.
Supporting
system, harus memiliki komunikasi yang baik apakah dengan suami/ keluarga
5.
Skala
prioritas, seorang wanita muslim harus mampu membuat suatu skala prioritas
karena kadang kala yang prioritas itu berbeda dengan yang urgent.
Demikian lah wawancara yang telah
dilakukan oleh LPM Viskosa dengan ibu Hj Netti mengenai kiprah dan tantangan
wanita muslimah yang berjilbab dalam dunia karir. Sejatinya pakaian seseorang
tidak mempengaruhi prestasi dan kreatifitas seseorang. Sehingga tidak ada lagi
alas an seorang muslimah berjilbab yang tidak bias berkarir selama ia tidak
melupakan kewajibannya terhadap agama ataupun keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar